EVALUASI PENDIDIKAN
DI TAMAN KANAK-KANAK
A. Konsep Evaluasi di TK
1. Pengertian Evaluasi
Dalam upaya pendidikan istilah evaluasi merupakan istilah
yang sudah tidak asing lagi. Yang dalam prakteknya evaluasi merupakan bagian
integral dari proses belajar mengajar secara keseluruhan (sistem instruksional)
yang tidak dapat dipisahkan dari komponen lainnya.
Menurut Johnson (1993) evaluation
is the process of selecting, gathering, and interpreting information to make
personal decisions or to from judgement about the worth of product or program
or about of falue of an approach to solve a problem or a accomplish an
objective. Berdasarkan definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa evaluasi
adalah suatu proses memilih, mengumpulkan, dan menafsirkan informasi untuk membuat
keputusan atau untuk membuat penilaian tentang kelemahan suatu produk atau
program, atau tentang sejauhmana keberhasilan pendekatan yang telah dilakukan
dapat menyelesaikan masalah sehingga dapat menyempurnakan suatu sasaran/tujuan.
Meskipun terdapat berbagai alasan dilaksanakannya evaluasi,
namun tujuan umumnya adalah membuat suatu keputusan. Evaluasi juga dilakukan
untuk memperbaiki program, menghentikan program, atau membandingkan program.
Menurut Herman (1992) menyatakan bahwa evaluasi atau penilaian
alternatif dikembangkan untuk membuat keputusan yang tepat tentang apa yang
telah dipelajari siswa, bantuan-bantuan apakah yang mereka perlukan,
bidang-bidang pengajaran apakah yang perlu diubah, dan kurikulum sekolah
manakah yang perlu didukung. Penilaian yang baik akan mampu mengkarakterisasi
fungsi dan penampilan siswa dan membuat keputusan yang tepat dan pada
gilirannya akan meningkatkan kualitas pendidikan.
Menurut Conner (1991) Educationa
Assessment (penilaian pendidikan) mesti diartikan sebagai duduk di samping
anak dan menjelaskan potensi yang ada dalam diri mereka untuk menunjukkan hal
yang dapat mereka kerjakan. Mengingat batasan seperti itu, penilaian dalam
pendidikan menjadi pengalaman positif, roman dasar pengajaran dan pembelajaran
yang berhasil.
Sementara itu, Aincow (1988) menyatakan bahwa penilaian harus
merupakan proses pengumpulan dan peninjauan informasi yang berlangsung
terus-menrus untuk dapat membantu siswa agar dapat berhasil di kelas. Dalam
hubungannya dengan evaluasi di TK, seyogyanya diperlukan pendekatan yang lebih
khsus. Hal ini disebabkan karena anak-anak pada usia ini memiliki karakteristik
perkembangan yang berbeda dengan anak pada usia lainnya. Oleh karena itu guru
TK perlu memiliki keahlian dan kemampuan khusus baik dlaam merencanakan,
melaksanakan, maupun mengevaluasi anak didiknya. Evaluasi dilakukan untuk
melihat perkembangan merka secara keseluruhan yang meliputi perkembangan
sosial, personal, emosi, kognitif, bahasa, motorik, dan sebagainya. Evaluasi di
TK sangat penting artinya untuk mengembangkan kemampuan anak lebih lanjut lagi.
Cara yang dilakukan untuk mengevaluasinya pun sangat berbeda dengan cara
mengevaluasi anak pada jenjang lainnya. Jika saja di SD atau jenjang pendidikan
lain yang lebih tinggi mengenal istilah “TES” maka di TK hal tersebut jarang
sekali dapat digunakan, kecuali untuk keperluan tertentu yang erat kaitannya
dengan pengukuran.
Sejalan dengan hal tersebut Johnson (1993) membagi dua tipe
evaluasi yang umumnya dilakukan di lembaga pendidikan, yaitu evaluasi formatif
dan evaluasi sumatif. Evaluasi sumatif (evaluasi hasil) didefinskan sebagai
evaluasi yang menilai efektivitas keseluruhan program setelah program
pembelajaran tersebut dilaksnakan. Evaluasi sumatif umumnya digunakan untuk
pengukuran psikologis (psikometrik), tes IQ atau tes hasil belajar yang
dirancang untuk mengetahui pencapaian perbedaan individu. Dalam evaluasi
sumatif ditetapkan kriteria/standar pencapaian (criterion-referenced) atau umumnya dikenal dengan PAP (penilaian
acuan patokan) atau PAN (penilaian acuan norma). Sementera itu evaluasi
formatif (proses) menilai efektifitas pembelajaran pada saat proses belajar
mengajar berlangsung yang bertujuan untuk memperbaiki metode pembelajaran.
Daftar isian harian dan catatan mengenai jalannya pembelajaran atau apa yang
dilakukan anak merupakan beberapa contoh evaluasi formatif. Evaluasi formatif
lebih tepat digunakan untuk penilaian di Taman Kanak-kanak, sebagaimana paparan
Bloom et.al (1971) dalam Johnson (1993) bahwa evaluasi formatif dapat membantu
untuk menilaia efektivitas program dan untukmemperbaiki proses pembelajaran.
Lebih jauh Conner (1991) menyatakan bahwa penilaian tentang
kemajuan belajar anak harus merupakan bagian alami dari proses belajar. Siswa
harus jelas tentang apa yang diharapkan dari mereka dan mempunyai pengertian
tenteng apa yang diperhatikan untuk mencapai sukses. Anak harus memainkan
peranan aktif dalam proses penilaian. Aspek positif harus selalu ditekankan,
dan ketika melakukan peninjauan terhadap kemajuan dengan anak, apa yang dapat
dilakukan harus mendapat tekanan ketimbang apa yang tidak dapat dilakukan.
Pelibatan anak dalam proses penilaian, perekaman dan pelaporan akan
mempertunjukkan kepada anak bahwa merka memainkan peranan penting dalam
mencerminkan tanggapan mereka.
Sebagai suatu pross untuk mendapatkan informasi dan
menggunakannya untuk menyusun penilaian dalam rangka membuat keputusan, maka
evaluasi menjadi bagian yang penting dalam proses pembelajaran. Hamalik (2002)
mengemukakan beberapa fungsi evaluasi berikut ini.
a.
Membantu siswa merealisasikan dirinya untuk
mengubah atau mengembangkan perilakunya.
b.
Membantu siswa mendapat keputusan atas apa yang
telah dikerjakannya.
c.
Membantu guru untuk menetapkan apakah metode
mengajar yang digunakannya telah memadai.
d.
Membantu guru membuat pertimbangan administrasi.
Dari pendapat di atas, jelaslah bahwa fungsi evaluasi berguna
baik bagi siswa maupun bagi guru sendiri. Kendatipun demikian, biasanya agak
sukar untuk mendapatkan informas yang tepat karena adanya permasalahan-permasalahan
yang dihadapi dalam proses pembelajaran tersebut.
Permasalahan-permasalahan
itu, antara lain:
a.
Tujuan instruksional yang tidak jelas.
b.
Prosedur evaluasi yang tidak diketahui siswa.
c.
Isi pelajaran tidak relevan dan tidak berurutan
d.
Metode yang tidak motivatif
e.
Sumber belajar yang kurang
2. Tujuan Evaluasi
Dalam hubungannya dengan penilaian terhadap anak usia pra
sekolah, NAEYC dalam Beaty (1994) merumuskan tujuan evaluasi sebagai berikut:
1)
Untuk merencanakan pembelajaran individual dan
kelompok agar dapat berkomunikasi dengan orang tua.
2)
Mengidentifikasi anak yang memerlukan bantuan
atau layanan khusus.
3)
Mengevaluasi apakah tujuan pendidikan sudah
tercapai atau belum.
Apabila ditelaah lebih lanjut, maka tujuan penilaian tersebut
adalah untuk merencakana kurikulum individual bagi anak, meningkatkan
perkembangan anak selanjutnya, serta keberhasilan belajar anak di kelas. Dalam
kurikulum TK 1994, evaluasi mempunyai tujuan untuk mengetahui ketercapaian
kemampuan yang telah ditetapkan dalam Garis-Garis Besar Program Kegiatan
Belajar Taman Kanak-Kanak (GBPKB-TK).
3. Fungsi Evaluasi
Fungsi dari pelaksanaan evaluasi ini adalah:
a.
Memberikan umpan balik kepada guru untuk
memperbaiki kegiatan belajar-mengajar;
b.
Memberikan informasikan kepada orang tua tentang
ktercapaian pertumbuhan dan perkembangan anaknya agar dapat memperbaiki dan
meningkatkan bimbingan dan motivasi.
c.
Sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan
kegiatan bimbingan terhadap anak sehingga mereka dapat berkembang secara
optimal.
d.
Mengetahui tingkat perkembangan fisik dan mental
anak yang dicapai.
e.
Mengetahui hambatang-hambatan, kesukaran yang
dialami anak dalam kegiatan belajar mengajar.
f.
Menilai tingkat pengetahuan, keterampilan dan
sikap anak.
g.
Sumber data/masukan bagi kegiatan belajar
mengajar selanjutnya.
4. Prinsip-prinsip Evaluasi
Prinsip dari pelaksanaan evaluasi di TK adalah sebagai
berikut ini:
a.
Menyeluruh
Penilaian yang digunakan mencakup
aspek proses dan hasil pengembangan, yang secara bertahap menggambarkan
perubahan perilaku.
b.
Berkesinmabungan
Penilaian dilakukan secara berencana,
bertahap dan terus menerus, untukmemperoleh gambaran tentang perkembangan hasil
belajar anak didik sebagai hasil darikegiatan belajar mengajar.
c.
Berorientasi pada proses dan tujuan
Penilaian di TK dilaksanakan dengan
berorientasi pada tujuan dan proses pertumbuhan dan perkembangan anak.
d.
Obyektif
Dalam melakukan penilaian diusahakan
seobyektif mungkin, dengan kata lain penilai hanya memperhatikan obyeknya,
perasaan, keinginan dan prasangka sedapat mungkin harus dikesampingkan pada
waktu menilai. Penting untuk diperhatikan perbedaan-perbedaan perkembangan
anak, sehingga ia tidak selalu memberikan penafsiran yang sma terhadap gejala
yang sama.
e.
Mendidik
Hasil penilaian harus dapat digunakan
untuk membina dan memberikan dorongan kepada semua anak dalam meningkatkan
hasil pertumbuhan dan perkembangan anak. Oleh karena itu hasil penilaian harus
dinyatakan dan dapat dirasakan sebagai penghargaan bagi yang berhasil dan
sebaliknya merupakan peringatan bagi yang belum berhasil. Dengan demikian usaha
penilaian dapat memperkuat perilaku dan sikap positif.
f.
Kebermaknaan
Hasil penilaian harus memiliki
kebermaknaan bagi guru, orang tua, anak didik dan pihak lain yang memerlukan.
g.
Kesesuaian
Penilaian harus
sesuai antara apa yang diajarkan di TK dengan laporan yang dibuat.
5. Aspek Yang di Evaluasi
Sebelum diadakannya evaluasi di TK, perlu kiranya guru
memahami aspek-aspek yang akan dievaluasi di Taman Kanak-kanak. Aspek yang
dimaksdukan meliputi dua hal yaitu:
a.
Perkembangan anak, yang meliputi emosi, bahasa,
kreativitas, imajinasi, sosial, motorik, dsb. Sementara itu dalam GBPKB-TK
meliputi:
1)
Program Pembentukan perilaku, meliputi: moral
pancasila, agama, disiplin, perasaan/emosi, dan kemampuan bermasyarakat.
2)
Pengembangan kemampuan dasar, meliputi: brebahasa,
daya pikir, daya cipta, keterampilan dan jasmani.
b.
Kegiatan pembelajaran, termasuk didalamnya
ketercapaian tujuan pembelajaran, prosedur pelaksanaan, media/alat bantu,
metode/strategi belajar mengajar dan sebagainya.
Data-data hasil penilaian dapat diperoleh dengan cara spontan
artinya pada saat kegiatan dilakukan oleh anak atau dengan cara memberikan
tugas kepada anak baik secara individual ataupun kelompok, yang berkaitan
dengan kemampuan yang ingin dicapai.
Pemberian tugas dapat berupa hasil pekerjaan/perbuatan anak,
misalnya hasil lipatan, gambar, mewarnai, serta perbuatan/perilaku anak,
misalnya mencuci tangan, menyikat gigi,menyusun balok, dsb.
B. Teknik Pengumpulan Data
Terdapat beberapa teknik atau metode yang umum digunakan
untuk melaksanakan evaluasi di TK yaitu observasi dan portofolio. Menurut
Patmonodewo (1998) observasi adalah cara pengumpulan data penilaian yang
pengisiannya berdasarkan pengamatan langsung terhadap sikap dan perilaku anak.
Coughlin (2000) mengatakan bahwa mengamati (observation)
adalah proses memperhatikan seorang anak melakukan kegiatan atau bermain tanpa
mencampuri kegiatan anak tersebut. Observasi dilakukan agar guru mengetahui kegiatan
apa yang menarik bagi anak, apakah kegiatan yang dilakukan anak telah memenuhi
kebutuhan mereka, serta apakah orang tua siswa memperoleh ganbaran yang akurat
mengenai tumbuh kembang anak mereka.
Hal-hal yang penting untuk diperhatikan dalam observasi:
1.
Observasi harus didasarkan pada apa kebaikan,
kekuatan, keunggulan yang diperlihatkan anak untuk membantu perkembangannya,
bukan apa kesalahan yang dilakukan anak.
2.
Observasi yang dilakukan harus terperinci
(detail) dan deskriptif. Sebagai contoh terperinci dan deskriptif dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
|
Kurang terperinci dan kurang deskriptif
|
“Dimas memilih untuk bermain di area musik”
|
Keterangan
tersebut hanya memberikan informasi tentang pilihan yang dibuat oleh Dimas
dan pencatatan seperti ini tidak memberi banyak keterangan.
|
|
Terperinci
dan deskriptif
|
“Segera setelah Dimas masuk kelas, Dimas berkata kepada Hasan bahwa dia
ingin menjadi penyanyi seperti “The Rock” Ia mengajak teman-temannya termasuk
Hasan untuk menjadi anggota kelompok band “The Rock”. Sambil memegang
kemonceng, serta drum yang terbuat dari kaleng mereka menyanyi lagu “munajat
cinta”. Dimas memeinta saya untukmemberi nama grup bandnya, kemudian dia
menulisnya di selembar kertas. Nama grup band dia beritahukan kepada
teman-temannya. Dimas berada di area musik selama empat puluh menit.
|
Catatan pengamatan ini menggambarkan bahwa Dimas telah memikirkan dan
merencanakan apa yang ingin dia lakukan sebelum ia datang ke sekolah.
Hal ini juga menunjukkan sikap ingin berbagi dan melibatkan teman-teman
dalam kegiatan yang dilakukan, ia menceritakan idenya serta memperluaskannya
kearea tulis-menulis.
Catatan
ini juga menunjukkan imajinasi dan kreativitasnya. Ia juga mampu
mempertahankan konsetrasinya secara penuh dalam periode waktu yang lama dan
tak terganggu.
|
3.
Guru seyogianya peka pada saat melakukan
observasi sehingga tidak melewatkan kejadian-kejadian yang penting yang
dilakukan oleh anak. Hal ini penting untuk diketahui sebab kadang-kadang anak
sulit mengungkapkan perasaan yang sebenarnya mereka alami dengan kata-kata,
sehingga tak jarang mereka mengungkapkannya dengan perilaku misalnya perasaan
marah ditunjukkan dengan cara mencoret-coret buku dengan menggunakan warna
merah.
4.
Obervasi harus dilakukan dalam situasi yang
natural (alamiah) atau tidak dibuat-buat (arificial).
5.
Observasi dilakukan seobjektif mungkin meskipun
tidak mungkin mutlak objektif. Guru hendakanya menggambarkan perilaku-perilaku
yang ditunjukan oleh anak secara akurat tanpa melakukan penafsiran yang
subjektif. Judgement, atau labeling. Coughlin (2000) menjelaskan
bahwa pengamatan objekfit tidak meliputi apa yang guru pikir atau rasa terjadi
tetapi mereka menggambarkan apa yang sebenarnya anak lakukan atau ucapkan.
Pengamatan objektif adalah pernyataan yang berdasarkan fakta misalnya “Nazwa
mengambil permen dan melemparkan satu buah permennya kepada Ima” atau Jihan
menghabiskan waktunya dengan duduk di bawah pohon rindang. Pengamatan subjektif
adalah pengamatan dengan memberikan labeling, memasukan pendapat guru, atau
keterangan yang dicatat di ruang konteks misalnya “Nazwa marah” atauh “ Jihan
malas”. Labeling yang dilakukan guru tidak memberikan keterangan yang membantu
pemahaman akan perkembangan seorang anak.
Berikut ini merupakan beberapa teknik pengamatan yang umumnya
dilakukan di Taman Kanak-kanak.
a. Catatan Anekdot
Catatan anekdot (Anecdotal Record) adalah kumpulan catatan tentang sikap dan
perilaku anak yang khusus, baik yang positif maupun yang negatif. Catatan
anekdot dilakukan untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa penting yang dialami
oleh anak dan dapat diketahui oleh orang tua mereka. Senada dengan paparan di
atas, Coughlin (2000) menjelaskan bahwa catatan anekdot adalah catatan singkat
tentang kejadian-kejadian yang spesifik. Merka melukiskan sebuah gambar dalam
kata-kata. Mereka memberikan gambaran yang faktual tentang apa yang terjadi,
kapan terjadinya, dan dimana terjadinya, pendorong terjadinya kegiatan, reaksi
anak, dan bagaimana kegiatan selesai. Catatan pengamatan Dimas pada bahasan
sebelumnya merupakan salah satu contoh catatan anekdot.
b. Catatan Harian
Catatan harian merupakan narasi
mengenai kesan-kesan yang dicatat pada akhir kegiatan baik perorangan maupun
kelompok. Catatan ini cenderung agak subjektif dan sering kali menangkap
suasana hati yang sekilas namun berguna untuk menelusuri beberapa kesuksesan
dan kegagalan dari kegiatan-kegiatan di hari tersebut (Coughin: 2000). Contoh
catatan harian akan di uraikan di bawah ini.
Kegiatan memasak
hari ini tidak berjalan dengan baik, anak-anak sangat bersemangat untuk mencoba
namun jadi tidak dapat dikendalikan. Mereka cenderung menggunakan alat masak
sesuak hati yang terkadang tanpa memperdulikan keamanannya. Malah nispi lebih
tertarik untuk terus-menerus memotong wrotel dan tidak mau berbagi pengalaman
memotong dengan temannya. Sementera itu Sahnaz memilih mengaduk-ngaduk makanan.
Pada akhir kegiatan anak-anak tidak bersedia membantu membereskan
barang-barang.
c. Catatan Frekuensi dan Waktu
Catatan frekuensi dan waktu digunakan
untukm mengetahui berapa kali perilaku itu terjadi pada suatu kurun waktu
tertentu. Beaty (1998) menjelaskan bahwa in
time sampling the observer records the frequency of a behaviour’s occurrence
over time. Misalnya Tata memukul Tina sebanyak lima kali pada saat
bermainbebas atau Dado menangsi selama delapan menit pada saat choice time. Catatan ini dapat digunakan
untukmembantu mengurangi perilaku yang ingin dihilangkan. Metode ini akan
efektif jika perilaku tersebut jelas dans ering terjadi. The behaviour must be overt and frequent at least once every 15 minute)
(Beaty:1998).
d. Wawancara dan Percakapan
Teknik pengumpulan data ini dilakukan
dengan bercakap-cakap antara guru dengan anak ataupun antara anak dengan anak.
Anak-anak senang mendiskusikan gagasan, pengetahuan, serta kegiatan yang telah
atau akan mereka lakukan. Dalam hal ini guru perlu memiliki keterampilan
menyusun pertanyaan agar anak mau terbuka serta merasa dihargai. Misalnya:
“Bagaimana sebuah pesawat dapat terbang?”. Guru juga hendaknya memiliki
keterampilan mendengar aktif, sehingga dapat menggali pemahaman anak terhadap
sesuatu yang didiskusikan. Pada saat wawancara berlangsung, hendaknya guru
tidak mengkontradiksikan jawaban anak. Guru harus menerima semua jawaban anak
sebab tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mempelajari lebih banyak tentang
proses berpikir seorang anak. Umumnya terdapat dua jenis percakapan dalam
penilaian;
1)
Percakapan yang berstruktur. Percakapan ini dilakukan dengan sengaja oleh guru
dengan menggunakan waktu khusus dan pedoman walaupun sederhana. Melalui
percakapan ini guru dengan sengaja ingin menilai sejauh mana permahaman anak
untuk kemampuan-kemampuan tertentu.
2)
Percakapan tidak
berstruktur. Percakapan ini dilakukan antara murid dengan guru tanpa
direncanakan, dimana saja, kapan saja dalam situasi yang lebih informal.
e. Portofolio
Beaty (1994) mengemukakan definisi
Protofolio yaitu, portfolio is an
individual collection of documents that reflects what a student does in
classroom. Portofolio adalah suatu koleks sistematis individu yang
menggambarkan apa yang dilakukan siswa di kelas. Sementera itu Campbel &
Ruptic (1994) mengemukakan definisi protofolo sebagai A portfolio is acolourful collection of person’s work that shows
his/her thoughts, interest, effort,
and goals in many different environment. Menurut Coughlin (2000) portofolio
atau catatan kegiatan merupakan koleksi kegiatan yang dilakukan seoran anak.
Umumnya berupa gambar-gambar, tulisa, hasil karya, contoh bahasa atau foto-foto
kegiatan yang menunjukkan ekspresi pikiran dan atau gagasannya.
Berdasarkan pendapat di atas maka evaluasi
portofolio merupakan metode penilaian yang dilakukan dengan cara mengkoleksi
hasil karya dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan anak yang menunjukan
pemikiran, perasaan, usaha-usaha untuk mencapai tujuannya dalam berbagai
lingkungan.
Portofolio dapat membantu siswa
melihat bagaimana mereka berpikir, merasakan, bekerja, dan berubah dari waktu
ke waktu. Portofolio terentang dari sistem yang sederhana hingga yang
komprehensif. Protofolio tidak mengacu pada penilaian yang distandarisasikan
atau alat tes diagnostik yang digunakan secara komersil, tetapi pada cara guru
mendokumentasikan proses perkembangan dan belajar danak. Protofolio adalah
suatu koleksi pekerjaan dan kegiatan anak yang diorganisir secara sistematis
menggambarkan potret anak secara menyeluruh. Proses sistematis yang dimaksud
adalah tetang bagaimana mengumpulkan, memilih, dan menggambarkan yang
didasarkan pada belajar sehingga akan membuat portofolio dinamis dan bermakna.
Dua hal yang dapat diamati dari
portofolio ini adalah:
a)
Proses,
yang menunjukan bagaimana anak belajar dan melakukan kegiatan. Penekanannya
adalah pada proses yang dilalui anak pada saat melakukan kegiatan.
b)
Hasil
atau produk, yang merupakan bukti dari apa yang telah dilakukan siswa.
Berikut ini akan
dikemukakan karakteristik evaluasi portofolio yang dikemukakan oleh Tierney
(1991) yaitu:
a)
Mengikutersertakan siswa dalam menilai
kemajuannya dan atau mencapai dan menentukan tujuan belajarnya.
b)
Mengukur setiap prestasi yang dicapai siswa yang
didasarkan pada perbedaan individual diantara para siswa.
c)
Menggunakan pendekatan kolaboratif untuk
penilaian.
d)
Mempunyai tujuan bagi siswa untuk menilai
dirinya sendiri.
e)
Menunjukan peningkatan, usaha, dan prestasi
siswa
f)
Menghubungkan penilaian mengajar dengan belajar
Sedangkan manfaat
dari portofolio dikemukakan oleh Campbell & Ruptic (1991) sebagai berikut
ini:
a)
Membantu mengembangkan konsep diri positif dalam
diri siswa dalam rangka menumbuhkan proses belajar seumur hidup.
b)
Untuk menggambarkan pertumbuhan siswa. Hal ini
dapat terlihat dari contoh kegiatan-kegiatan sekolah yang aktual yang
menunjukan peningkatan keterampilan siswa.
c)
Untuk melengkapi pencapaian tujuan yang
diharapkan dicapai anak.
d)
Untuk meningkatkan kualitas komunikasi antara
guru, siswa, maupun guru dan pimpinan sekolah melalui rapat orang tua.
Hal-hal yang dapat
dijadikan koleksi dalam portofolio dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel
2
Contoh Koleksi Portofolio
|
ASPEK PERKEMBANGAN
|
BENTUK KARYA ANAK
|
|
Identitas Diri
|
Foto-foto
anak yang tersusun dalam berbagai kegiatan
|
|
Perkembangan Emosi
|
Catatan
guru tentang bagaimana anak menangani ketegangan, marah, dan kegembiraan
|
|
Bermain Sosial
|
Foto-foto
anak yang sedang bermain dengan anak lainnya
|
|
Perilaku Prososial
|
Catatan
guru tentang bagaimana anak berbagi, mengambil giliran, dan membantu.
|
|
Perkembangan Motorik Kasar
|
Catatan
guru dan foto-foto kecakapan motorik kasar anak
|
|
Perkembangan Motorik Halus
|
Catatan
guru dan foto-foto kecakapan motorik halus anak.
|
|
Perkembangan kognitif
|
Catatan
guru, foto-foto, rekaman nyanyian, dan hitungan anak
|
|
Pra menulis dan pra membaca
|
Tulisan
corat coret, cetakan nama, daftar buku favorit, buku resep, dan computer
games
|
|
Keterampilan Seni
|
Urutan
tangal dari lukisan sederhana, seni krayon, lukisan jari, foto-foto kreasi
dari tanah liat atau bermain adonan.
|
|
Imajinasi
|
Foto-foto
anak dalam bermain drama, membangun dengan balok-balok, rekaman percakapan
kreatif.
|
C. Prosedur Pelaksanaan Evaluasi
Secara umum prosedur/langkah-langkah yang hendaknya dilakukan
guru untuk melaksanakan evaluasi adalah sebagai berikut:
1.
Perencanaan
dan pengembangan alat. Sebelum melaksanakan evaluasi hekdanya guru menyusun
rencana dengan menetapkan tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaan
evaluasi, serta alat pengumpul data seperti apa yang akan digunakan yang dapat
membantu memenuhi tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Termasuk juga di
dalamnya metode, kapan, dan dimana evaluasi akan dilakukan.
2.
Pengumpulan
informasi dan data evaluasi. Setelah menetapkan tujuan dan menentukan alat
pengumpul data yang akan digunakan maka guru mulai melakukan kegiatan evaluasi
yaitu dalam rangka mengumpulkan data sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Data evaluasi ini berupa hasil deskripsi guru, hasil karya anak,
foto dsb, tentunya disesuaikan dengan alat pengumpul data yang telah ditetapkan
dalam perencanaan.
3.
Mencatat
(Recording). Mencatat adalah
proses mendokumentasikan kegiatan atau perilaku yang teramati. Dokumentasi ini
umumnya berbentuk naratif.
4.
Pengolahan
dan pendeskripsian hasil. dari informasi dan data yang diperoleh, maka guru
akan mengolahnya serta mendeskripsikan hasil dari pelaksanaan evaluasi sehingga
pada akhirnya akan memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar siswa atau
juga hal lainnya yang berkenaan dengan pembelajaran di TK.
5.
Membuat
Laporan Pendidikan (Reporting).
Setelah melaksanakan pengolahan dan pendeskripsian maka selanjutnya guru
menuliskannya dalam laporan pendidikan anak. Pelaporan merupakan kegiatan untuk
menjelaskan hasil penilaian guru tentang pertumbuhan dan perkembangan anak yang
meliputi pembentukan perilaku dan kemampuan dasar. Tujuan pelaporan adalah
untukmemberikan penjelasan kepada orang tua dan pihak lain yang memerlukan tentang
pertumbuhan dan perkembangan dan hasil yang dicapai oleh anak selama berada di
TK. Pelaporan berbentuk uraian (Deskripsi) dari masing-masing PKB yang
dikembangkan di TK. Menurut Coughlin (2000) laporan tertulis merupakan sebuah
cara formal untuk berbagi keterangan dengan keluarga.
Berikut merupakan hal-hal yang harus diperhatikan pada saat
menulis laporan menurut Coughlin (2000).
a.
Laporan ini memberikan catatan tertulis tentang
perkembangan anak, perkembangan keseluruhan, hal-hal yang disukai, dan gaya
berinteraksi.
b.
Laporan haruslah menciptakan gambaran anak di
suatu hari tertentu.
c.
Laporan hendaknya disusun dengan bahasa positif
yang menekankan pada kekuatan dan kebutuhan. Nyatakan kepedulian secara
objektif.
d.
Berusahalah untuk tidak menghakimi ketika
menulis laporan atau melaporkan perilaku kepada keluarga.
e.
Keterangan haruslah dapat diamati dan
didokumentasikan.
f.
Tawarkan pendapat tentang cara-cara mengubah
perilaku atau meningkatkan proses belajar.
g.
Rekomendasikan sumber-sumber yang dapat membantu
kepada keluarga.
h.
Usahaan se-spesifik mungkin.
i.
Selalu tandatangani laporan dan cantumkan sebuah
cara agar pembaca dapat berkomunikasi dengan anda.
j.
Jika laporan akan digunakan oleh stake holder
keluarga haruslah memiliki banyak waktu untuk membaca laporan dan meminta
perubahan sebelum dikirim ke yang lainnya. Keluarga haruslah membaca dan
menandatangani, memberikan ijin kepada semua laporan yang dikirim ke penyedia
jasa lainnya.
k.
Keterangan yang tertera pada laporan tertulis
janganlah pernah mengagetkan keluarga.
D. Peranan Guru TK dalam Evaluasi
Guru hendaknya dapat memilih alat penilaian yang tepat dan
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam melaksanakan evaluasi terhadap
anak TK pernana-peranan guru antara lain sebagai berikut: a) Guru harus
menggunakan keterampilan untuk menilai pengaruh-pengaruh program anak, b)
menilai program dan tingkah laku anak yang diperlukan yang mencakup ruang
lingkup tingkah laku dan kepribadian anak yang lebih luas, c) menggunakan
evaluasi formatif (proses) dibandingkan sumatif (hasil) sebagai bagian yang
lebih penting dan berguna dalam meningkatkan kualitas dan menyesuaikannya
dengan program pendidikan prasekolah.
E. Model-model Evaluasi di Taman Kanak-Kanak
1. Program Bereiter-Engelmann
Bereiter-Engelmenn
merupakan sebuah program pendidikan bahasa yang dilakukan secara intensif
dengan menggunakan pendekatan teori behavioristik. Program disusun untuk
memperbaiki kelemahan siswa dalam penguasaan kemampuan bahasa dengan cara
melatihnya untuk mencapai kriteria normal (standar). Pengajaran dilakukan
dengan melakukan akselerasi (percepatan) kepada siswa sehingga mencapai
prestasi di atas rata-rata. Filosofi dari program ini adalah bahwasanya program
pendidikan pra sekolah dewasa ini tidak mampu memfasilitasi proses pembelajaran
yang mampu mempercepat penguasaan siswa terhadap bahasa. Program ini menekankan
pada optimalisasi jam mengajar untuk memperlajari bahasa, arimatika
danketerampilan membaca. Terdapat dua strategi yang dilakukan untuk mencapai
tujuan pada program ini yaitu verbal bombardement
(bertanya dan mengkritisi) yang menekankan pada penguasaan instruksi verbal
umumnya dibagi menjadi beberapa kelas. Strategi kedua adalah direct instruction
yang meliputi penguasaan struktur, umumnya dilakukan dengan cara drill,
pengulangan, mendemonstrasikan, danberlatih dalam konteks yang lebih khusus.
Penilaian pada
proram ini dilakukan dengan telbih dahulu menetapkan standar atau kriteria
pencapaian tujuan. Penilaian disusun untuk menentukan sejauh mana siswa
mencapai kriteria atau menguasai keterampilan. Guru tidak perlu mengetahui
proses sebab fokus utamanya adalah pada hasil akhir yang dicapai anak
berdasarkan kriteria (tujuan) yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan disusun
secara lebih spesifik. Sementara itu penilaian formati fdilakukan untuk
menentukan hasil pendidikan dalam jangka pendek (short-term). Evaluasi formatif tidak digunakan untuk menyesuaikan
program dengan karakteristik perbedaan individu sebagai pembelajar. Dalam hal
ini guru tidak melakukan observasi namun melakukan judgement (mengambil keputusan) berdasarkan perilaku yang
ditunjukkan anak.
2. Program Montessori
Tujuan utama
program montessori adalah untuk memberikan keleluasaaan terhadap potensi yang
dimiliki anak dalam mengembangkan diri sebagai dasar untuk mempersiapkan
lingkungan. Pendidikan, latihan dan penggunaan media digunakan untuk
memfasilitasi perkembangan sensori, motorik, dan perkembangan intelektual.
Montessori mengatakan bahwa lingkungan seharusnya membuat anak mengetahui
sesuatu bukannya membatasi sesuatu. Program diatur untukmemotivasi anak untuk
berpartisipasi dalam beberapa area pembelajaran tanpa menekankan anak untuk
menampilkan sesuatu yang belum dipahaminya. Program ini memberikan kebebasan
kepada anak untuk memilih kegiatan berdasarkan kemampuan dan tingkatan yang
mereka tetapkan sendiri.
Penilaian formatif
digunakan pada program ini, dimana sekolah mencatat perkembangan anak secara
hati-hati. Untuk melakukan penilaian ini dibutuhkan keterampilan pengamatan
yang baik. Guru diperbolehkan untuk memahami kebutuhan perkembangan anak, hal
ini sangat berbeda dengan program beriter-engelmann yang mana strategi
dikerahkan untuk mencapai target penguasaan materi.
3. Program Piaget
Fokus program
pendidkan Piaget adalah pada pemahaman menyeluruh mengenai perkembangan anak
dengan memberikan perhatian penuh pada proses yang dilakukan anak pada saat
melakukan kegiatan. Interkasi teman sebaya sangat dihargai seperti halnya
interaksi antara guru dengan murid. Kelas disusun sehingga anak bebas memilih
dan melakukan kegiatan yang diminatinya.
Kegiatan kelas
berdasarkan tujuan dan target yang tecantum dalam kurikulum, melakukannya di
dalam kelas, dan melakukan modifikasi berbagai macam kegiatan yang pada hasil
akhir guru akan melakukan pengambilan keputusan. Anak akan belajar lebih
bermakna jika anak bebas untuk menemukan benda dan aturan yang ada kaitannya
dengan konsep yang sedang dipelajarinya.
Evaluasi formatif
digunakan dengan melakukan observas (pengamatan). Evaluasi dilakukan agar
program dapat menyesuaikan dengan perkembangan anak sehingga dapat
memfasilitasi kebutuhan belajar anak. Guru diberikan kesempatan untuk lebih
leluasa menilai seluruh aspek perkembangan anak dan untuk menyusun program baik
untuk individu maupun kelompok.
4.
Children’s Resource International
Dasar program ini
adalah bahwa anak-anak akan tumbuh dengan baik jika mereka dilibatkan secara alamiah
dalam proses belajar. Lingkungan yang dirancang secara cermat dengan
menggunakan konsep tahap demi tahap mendorong anak-anak untuk bereksplorasi,
mempelopori, dan menciptakan. Program tahap demi tahap mencakup tiga program
utama bagi anak usia dini yaitu konstruktivisme, metodologi yang sesuai dengan
perkembangan dan pendidikan progresif. Ahli konstruktivisme menjelaskan bahwa
pembelajaran terjadi pada saat anak berusaha memahami duni di sekeliling
mereka. Pembelajaran menjadi proses interaktif yang melibatkan teman sebaya,
orang dewasa dan lingkungan. Anak membangun pengetahuannya sendiri terhadap
dunia.
Metodologi yang
sesuai dengan perkembangan adalah metodologi yang didasarkan pada pengetahuan
mengenai perkembangan anak. Semua anak berkembang melalui tahapan perkembangan
yang umum, tetapi pada saat yang sma setiap anak juga adalah mahkluk individu
dan unik. Progresif mengandung arti bahwa pendidikan adalah proses sepanjang
hidup, bukan persiapan untuk masa depan. Penilaian yang dilakukan pada program
ini didasarkan pada kegiatan pengamatan. Guru mengamati anak-anak di lingkungan
alaminya-rumah, kelas, dan tempat-tempat terbuka dan mencatat pengamatan
mereka.
Dengan ini mereka
memperoleh keterangan yang konkrit yang dapat mereka berikan kepada para orang
tua dan rekan pengajar lainnya. Kegiatan penting lainnya berdasarkan program
ini adalah recording (mencatat)
sebagai kegiatan untuk mendokumentasikan hasil pengamatan. Sehingga pada
akhirnya guru akan membuat laporan baik secara tertulis maupun lisan.
5.
Multiple Intelligent
Sistem anak adalah
unik dan berbeda antara satu dengan lainnya merupakan dasar pengembangan
kurikulum yang berbasis pada kecerdasan majemuk. Menurut Schiller & Phipps
(2002) pada dasarnya setiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda-beda pula
yang bisa juga diamati berdasarkan pada delapan kecerdasan (multiple intelligent), memperhatikan
kebutuhan perkembangan anak yang diwujudkan dengan menyediakan area yang
menarik serta menyusun tema yang dapat menarik minat anak. Dia juga menjelaskan
bahwa learning style theory proposes that
different people learn in different ways and that it is good to know your own
preferred learning style.
Evaluasi dilakukan
dengan melakukan pengamatan dan pemberian tugas terhadap materi-materi yang
telah dilalui anak. Evaluasi didasarkan pada spesifikasi kecerdasan yang
dikembangkan. Berikut merupakan contoh penilaian pada tema “All About Me”.
Silahkan berikan tanggapan untuk "EVALUASI PENDIDIKAN"
Post a Comment